Hikmah di Balik Kelembutan Hati
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor
anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing
itu mengelilingi sebuah sumur sambil
menjulurkan lidahnya karena kehausan. Wanita
itu segera melepas sepatunya (untuk digunakan
menimba air). Ia pun diampuni karenanya.” (HR.
Muslim).
.
Banyak yang meragukan Islam sebagai ideologi
kelembutan, terutama ketika Indonesia dan dunia
terus dikejutkan oleh serangkaian insiden
berdarah yang mengatasnamakan agama ini.
Namun, jika kita menelisik sedikit lebih dalam
saja, kita akan menemukan bahwa salah satu
doktrin sentral Islam ternyata memang berputar
pada prinsip belas kasih.
Kalimat basmalah, pembuka surat-surat Al-
Qur'an dan doa yang paling sering diucapkan
umat Islam sedunia, mengandung dua sifat
utama Tuhan: "Maha Pengasih" dan "Maha
Penyayang". Kalimat ini menjadi bukti paling
tegas bahwa kasih sayang adalah jiwa dari
seluruh ajaran Islam.
.
Kisah pezina yang diampuni karena belas
kasihnya ini mengandung banyak pesan.
Pertama, anjing adalah hewan yang secara tradisi
dianggap najis dalam Islam. Belas kasih
terhadap makhluk yang dianggap hina sekali pun
ternyata memiliki arti. Kedua, zina juga adalah
dosa yang secara tradisi diganjar hukuman berat,
mulai dari cambuk hingga rajam. Namun, belas
kasih senilai seteguk air dianggap mampu
menebus 'dosa' ini. Yang menarik, tidak
ditemukan kisah serupa yang melibatkan dosa
lain seperti membunuh dan merampok, yang
sudah pasti mengabaikan belas kasih.
Kisah ini bukanlah satu-satunya dalam Islam.
Banyak kisah lainnya yang memiliki narasi
serupa, yang mengindikasikan bahwa belas kasih
dibayar dengan amat mahal dalam Islam.
.
Kitab Tsalasatul Ushul (Tiga Landasan Utama)
karya Muhammad Abdul Wahab (yang sering
dikaitkan dengan Wahabisme, sekte terkeras
dalam Islam saat ini), misalnya, menceritakan
satu kisah di mana seseorang ditolak seluruh
ibadahnya, namun diampuni karena
menyelamatkan seekor lalat yang tenggelam di
sebuah gelas. Kitab ini bahkan juga mengutip
dorongan untuk berbelas kasih kepada orang
kafir sekali pun.
"Kasihilah yang di bumi, maka yang di langit
akan mengasihimu", bunyi lafadz sejumlah hadits
yang menjadi dasarnya.
.
Sayyidina Ali bin Abi-Thalib ra. juga pernah
mengatakan: "Mereka yang tidak bersaudara
dalam iman bersaudara dalam kemanusiaan."
.
Kitab Tadzkiratul Auliya (Kisah Para Wali) karya
Fariduddin Atthar menyitir kisah lain tentang
satu-satunya orang yang diterima ibadah hajinya
oleh Allah justru karena membatalkan hajinya
agar uang biaya haji itu bisa digunakan untuk
menolong tetangganya yang kelaparan.
.
Kisah semacam ini mungkin akan jarang didengar
dan cenderung tidak disukai di kalangan Islam
legalistik yang memiliki pendekatan sangat kaku
tentang benar dan salah.
Aku pribadi mengelompokkan kisah-kisah ini
sebagai post-sharia Islam, atau Islam pasca-
syariat. Islam yang tidak lagi berdebat soal
percabangan hukum hingga ke tataran seperti
batas aurat & jumlah rakaat. Sejenis Islam level
berikutnya yang telah melampaui aspek legal
formal menuju sesuatu yang lebih esensial. Dan
esensi itu bernama belas kasih.
.
Agaknya tidak mengherankan jika tema ini juga
ditemukan di semua agama besar dunia. Mulai
dari Yesus yang berdiri membela pezina yang
nyaris dihakimi massa, hingga Guan Yin yang
dipuja luas di Asia Timur sebagai Dewi Belas
Kasih yang mendengar penderitaan dunia.
.
Agama-agama di dunia ini mungkin berbeda
pada tataran syariat dan legal formal, namun
melebur dalam esensi yang sama ketika naik ke
jenjang berikutnya. Cita-cita rahmatan lil 'ālamīn
(belas kasih bagi semesta alam).
.
Meski sama-sama berjubah dan berjenggot, akan
tetapi panutan kita dalam beragama adalah
Muhammad SAW yang lembut, rendah hati, dan
penuh belas kasih. Bukan Abu Jahal atau Abu
Lahab yang licik, sombong, dan penuh amarah.
.
Beratnya menjadi muslim seperti yang dikatakan
rasul: "Muslim ialah orang yang menyelamatkan
orang lain dari gangguan lidah dan tangannya."
Masih suka memfitnah? Bergunjing? Menyakiti
(bahkan membunuh) orang lain dengan lidah dan
tanganmu? Muslimkah engkau?
.
Dengan pistol kita bisa membunuh teroris, tapi
dengan pemahaman agama yang baik kita bisa
membunuh terorisme.