Waliyullah dan Ulama yang di wafatkan Allah pada bulan Ramadhan


1. Sayyidah Nafisah Binti Hasan Al Anwar 145H 208H.

Wali Allah dari kaum perempuan juga guru Imam Syafi'i RA, meninggal di bulan ramadhan di Mesir.
Suatu hari suami beliau Sayyid Ishaq berkata: “Ikutlah bersama kami ke Hijaz!”
beliau menjawab: “Aku tidak bisa melakukan itu karena tadi aku mimpi Rasulullah bersabda kepadaku: “Jangan tinggalkan Mesir karena Allah akan mewafatkanmu di Mesir!”
Sayyidah Nafisah terserang penyakit pada bulan Rajab 208 H dan penyakit tersebut tambah parah hingga bulan Ramadhan. Karena sangat parahnya penyakit sehingga beliau tidak kuat bergerak, kemudian didatangkan dokter kepada beliau dan ia menganjurkan beliau untuk tidak berpuasa. Tetapi beliau berkata: “ Sungguh mengherankan (saranmu), padahal selama 30 tahun aku selalu meminta kepada Allah agar aku meninggal dalam keadaan berpuasa.
Terus apakah aku akan berbuka? Padahal aku sudah menggali kuburan dibalik serambi sambil menunjukkan letak kuburan tersebut, Disanalah insya Allah aku di akan dimakamkan.
Jika aku meninggal kuburkanlah aku di sana!
2. Mbah Kyai Sholeh Darat

Beliau wafat hari Jum’at 29 Ramadhan 1320H

Kebiasaan beliau usai mengajar ngaji adalah menulis. Mengarang kitab dalam kamar, duduk di lantai menghadapi meja. Dengan penerangan lampu teplok, lembar demi lembar kertas beliau goresi dengan pena tutul dengan tinta tutul. Menuliskan gagasan atau ulasannya di atas kertas itu.

di kisahkan Saat sedang tekun menulis kitab, suatu malam ada seorang tamu berbusana model Arab. Berjubah dan bersurban. Oleh para santri, tamu itu disalami lantas disuguhi minum wedang. Kemudian diantarkan bertemu Mbah Sholeh di ruang pribadi beliau. Kata perawi cerita ini, saat itu beliau sedang menulis kitab Munjiyat: Methik Saking Ihya Ulumiddin.

SI santri pun kembali ke ruang depan lalu menghabiskan minuman sang tamu yang masih tersisa. Lalu mereka kembali ke langgar untuk nderes pengajian pelajarannya.
Mereka mendengar sayup sayup pembicaraan kiainya dengan sang tamu yang berbincang dalam bahasa Arab. Suara keduanya terdengar, tapi isi pembicaraan kurang jelas karena jarak dan dipisahkan dinding kayu di dalam ruangan.

Saat malam telah larut, sang tamu pamit pulang. Mbah Sholeh mengantarkan sampai serambi rumahnya. Usai melambai di halaman langgar, si tamu itu melangkah ke arah jalan besar. Lantas menghilang di kegelapan malam.

Para santri yang penasaran lantas bertanya kepada gurunya.
“Itu tadi siapa, kiai? Rasanya belum pernah datang ke sini,” tanya seorang santri senior yang tadi menyuguhi wedang.

“Itu tadi Imam Al Ghazali, Beliau merestui kitab yang kutulis,” jawab Mbah Sholeh kalem.
“Lhoh. Subhanallah. Masya Allah. Bukankah Imam Al-Ghazali sudah wafat ratusan tahun lalu?” ujar mereka takjub sambil bertanya-tanya.
“Ya itulah karomah beliau. Mari kita berdoa tawassul kepada Imam Al-Ghazali agar ilmu kita diberkahi,” pungkas Mbah Sholeh seraya menyuruh santrinya kembali ke langgar.

Diantara karya karya Mbah Saleh yang terlahir dari tangan kreatifnya adalah:
1. Majmu’ah Asy-Syari’ah Al-Kafiyah li Al-Awam, kandungannya membicarakan ilmu syari’at untuk orang awam.
2. Al-Hakim, kandungannya tentang ilmu tasawuf, yang merupakan petikan-petikan penting dari kitab Hikam karya Syekh Ibnu Atho’ilah As-Sakandari.
3. Kitab Munjiyat, kandungannya tentang ilmu tasawuf, yang merupakan petikan penting dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali.
4. Kitab Batha’if At-Thaharah, kandungannya mem-bicarakan tentang hukum bersuci.
5. Kitab Faidhir Rahman, kandungannya merupakan terjemahan dari tafsir Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa. Kitab ini merupakan terjemahan dari tafsir Al-Qur’an yang pertama dalam bahasa Jawa di dunia Melayu. Menurut riwayat, satu naskah kitab tafsir tersebut pernah dihadiahkan kepada RA. Kartini ketika mrnikah dengan RM. Joyodiningrat (Bupati Rembang).
6. Kitab Manasik Al-Hajj, kandungannya membicara-kan tentang tata cara mengerjakan haji.
7. Kitab Ash-Shalah, kandungannya membicarakan tentang tata cara sholat.
8. Terjemahan Sabil Al-‘Abid ‘Ala Jauharah At-Tauhid, kandungannya tentang aqidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, mengikut pegangan Iman Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi.
9. Mursyid Al-Wajiz, membahas tentang tasawuf dan akhlak.
10. Minhaj Al-Atqiya’, membahas tentang tasawuf dan akhlak.
11. Kitab Hadits Al-Mi’raj, membahas tentang perjala-nan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Baitul Maqdis dan selanjutnya ke Mustawa menerima perintah sholat lima waktu sehari semalam. Kitab ini sama kandugannya dengan Kifayah Al-Muhtaj karya Syekh Daud Bin Abdullah Al-Fathani.
12. Kitab Asrar As-Shalah, membahas tentang rahasia-rahasia shalat.
Hampir semua karya Mbah Saleh Darat ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan huruf Arab (Pegon atau Jawi), hanya sebagian kecil yang ditulis dalam Bahasa Arab bahkan sebagian orang berpendapat bahwa orang yang paling berjasa menghidupkan dan menyebarluaskan tulisan pegon (tulisan Arab Bahasa Jawa) adalah Mbah Saleh Darat Semarang.

3. Simbah Kyai Kholil Bangkalan.

Kyai Kholil Al Bangkalani, Meninggal pada hari Jum’at tgl 29 Ramadhan 1343H
Semasa hidup beliau terkenal sebagai Wali Allah yang memiliki karomah yang sangat banyak terutama sangat dirasakan oleh para Ulama yang sebelumnya berguru (mondok) kepada Beliau.
Dan hampir seluruh Ulama yang hidup tahun 1800... Pernah berguru kepada Beliau, khususnya para Ulama NU.

Di kisahkan....
Awal tahun 1900an, ada seseorang yang tinggal di Surabaya tidak percaya sama sekali dengan kewalian kewalian.
ia mengingkari semua keajaiban yang dianugerahkan Alloh swt kepada para waliNya.
beberapa temannya yang bercerita tentang kewalian Mbah Kholil, Bangkalan pun ia sanggah. tapi kemanapun ia pergi, selalu saja ia mendengar cerita tentang kekeramatan mbah Kholil.

Lama kelamaan ia pun penasaran juga.
ia memutuskan untuk pergi membuktikan kewalian Mbah Kholil. setelah menyeberang selat madura, sampailah ia dipondok Mbah Kholil menjelang magrib. ia pun bermaksud melaksanakan sholat di musholla pondok. ia tidak tahu wajah Mbah Kholil seperti apa. setelah mencari tahu, ia mendapat jawaban bahwa yang akan memimpin sholat magrib adalah Mbah Kholil sendiri. maka masuklah ke mihrab seorang tua bertubuh sedikit kurus dan tinggi berjubah serta berimamah putih dengan suara bariton, ia mulai memimpin jamaah sholat magrib. orang dari Surabaya itu mengambil tempat di barisan paling belakang.

Tetapi ketika Mbah Kholil membaca AlFatihah ,kedengarannya kurang fasih. pemuda itu terkejut karena hampir semua bacaan Mbah Kholil salah semua. dalam hatinya ia berkata, "Wali kok AlFatihah nya salah semua ".

Semilahirokmanirokim
Alkamdulillahirobilngalamin
Arokmanirokim
...
...
...
...waladnootniiiiitt

Semua jamaah menjawab,, Aamiin...
kecuali orang dari Surabaya. ia semakin kesal dengan Mbah Kholil. ia benar-benar semakin tidak percaya dengan adanya wali. maka ia mufarroqoh (memisahkan diri) dari jamaah dan mendirikan sholat magrib sendiri. karena sudah malam ia berencana kembali besok pagi dan menginap di musholla pondok tanpa ingin menemui Mbah Kholil. ketika sholat Isya' ,tanpa menunggu Mbah Kholil mengimami sholat lagi. bergegas ia mengerjakan sholat Isya' sendirian.

Keesokan harinya ia pun berangkat pulang. saat melewati sebuah sungai kecil yang jernih, hatinya tergerak untuk mandi sebentar di sungai itu. ketika pakaiannya ia lepas, menceburlah ia ke sungai. airnya terasa segar hingga ia merasa betah berendam di sungai itu. setelah dirasa cukup berendam, ia pun berniat keluar dari air. tetapi alangkah terkejutnya ia karena melihat seekor harimau yang besar sedang menduduki pakaiannya. dengan rasa takut ia mencoba mengusir harimau dengan berbagai cara. tetapi setiap usaha yang dilakukannya tidak membuat harimau itu terusik atau pergi. malahan semakin tampak marah sambil mengaum dengan membuka mulutnya lebar-lebar. orang itu tampak lebih ketakutan karena bisa saja harimau itu melompat ke air lalu menerkamnya. ia mulai melafalkan berbagai doa yang ia hafal sampai membaca ayat-ayat Alquran dengan suara fasih. tetapi tetap saja tidak mampu mengusir harimau itu.

Karena lama di dalam air,ia menggigil kedinginan. dengan putus asa ia berdoa, "Yaa Alloh, bila Mbah Kholil benar-benar waliMu sudah barang tentu AlFatihahnya bisa mengusir harimau ini ".ia pun membaca AlFatihah sebagaimana Mbah Kholil membacanya. ketika sampai bacaan, waladnooniit....
di luar dugaan, harimau itu lari terbirit birit ketakutan. setelah dirasa harimau itu sudah jauh, bergegas ia naik lalu memakai pakaiannya lalu kembali menuju pondok Mbah Kholil. baru saja ia menginjak halaman pondok, tiba -tiba dari arah pondok Mbah Kholil menyapanya dengan suara keras sambil melambaikan tangan kanannya, "Halo orang Surabaya, bagaimana waladnootniit nya? ".mendengar itu, buru-buru ia berlari lalu mencium tangan Mbah Kholil sambil meminta maaf. Mbah Kholil berkata, "Jangan memperhatikan dhohirnya saja, perhatikan juga batinnya".

4. Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari.

Beliau wafat Tanggal 7 Ramadhan 1366H/25 Juli 1947M.
Bagi penduduk Indonesia nama besar Kyai Hasyim sudah tidak asing lagi, Beliaulah yang menggagas berdirinya NU atas petunjuk dan idzin Kyai Kholil Bangkalan dan Habib Hasyim Bin Yahya (Kakek Habib Luthfi Pekalongan)

Sebagai seorang Ulama yang mencapai Maqam Waliyullah beliaupun di liputi karomah.
Salah satu kisah karomah KH Hasyim Asy’ari terjadi setelah dhuhur. Ketika Kiai Hasyim Asy’ari sedang mengajar kitab di depan para santri yang jumlahnya banyak, ia tiba-tiba melemparkan tongkatnya pada muridnya. Ia bersikap apatis dan tidak peduli jika tongkatnya yang mengenai santrinya. Santri yang mengalami kesakitan itu berusaha menahan diri agar tetap pada posisi demi menjaga morallitas pada guru. Sejenak murid tersebut ingat jika dirinya belum melaksanakan ibadah salat dhuhur, sedangkan waktu salat dhuhur akan berakhir. Kejadian seperti ini, tidak hanya terjadi satu kali, akan tapi berulang ulang sebagai peringatan kepada santrinya yang meninggalkan perintah agama dan melakukan kesalahan.

5. Mbah Dalhar Watucongol.

KH. Nahrowi Dalhar wafat Rabu, 29 Ramadhan 1378 H.
Nama Dalhar di belakang Nama Nahrowi adalah nama yang di berikan oleh Sayyid Muhammad Babashol guru beliau, ketika berguru di Mekkah Al Mukaromah.
Sebagai seorang faqih sekaligus Ulama Thoriqoh (Syadziliyah)
Mbah Dalhar pernah melakukan khalwat selama tiga tahun di suatu goa yang yang sempit di sekitar wilayah Mekkah, Dan selama itu pula beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan tiga buah biji kurma saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya.
Dari bagian riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk medoakan para keturunan beliau serta para santri santrinya.

Dalam hal adab selama di tanah suci, mbah Dalhar tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk membuatng hajat, beliau lari keluar tanah Haram.
Selain mengamalkan dzikir jahr ‘ala thariqatis syadziliyyah, Mbah Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirnya ini, Mbah Dalhar dapat mencapai tiga hari tiga malam tak dapat diganggu oleh siapapun.
Dan Beliau semasa hidupnya memiliki keakraban dengan Nabiyullah Khidir AS karena Nabi Khidir sering berkunjung kepada Beliau, dan di kisahkan pula jika Gus Mik (KH Hamim Jadzuli Ploso) berguru kepada Nabi Khidir AS dengan isyarat Beliau, yang sebelumnya Gus Mik adalah santrinya Mbah Dalhar.

6. Kyai Abdul Karim Lirboyo.

Beliau wafat Senin, 21 Ramadhan 1374H

Di kisahkan jika Kyai Abdul Karim adalah seorang yang haus ilmu ketika mudanya, sedari usia 14 tahun Beliau mulai melanglang buana dari pondok ke pondok hingga Usia 40th pun masih tetap mondok, Hingga Kyai Hasyim As'ary sahabat semasa mondok kepada Kyai Kholil bangkalan, sekaligus Guru beliau menikahkannya dengan putri Kyai Sholeh Banjar Mlati.

Sosok Kyai Karim dikenal sebagai sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan keadaan bagaimanapun, Hal ini terbukti tatkala menderita sakit, Kiai Karim masih saja istiqomah untuk mem-berikan pengajian dan memimpin shalat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri. Sebagai pengasuh ratusan santri, sikapnya yang kebapakan dan rendah hati, masih lekat diingatan para santri yang masih menangi zamannya.

Suatu Ketika Ada Tamu orang terkaya di Kabupaten Kudus Pemilik Pabrik Rokok Zaman Dulu,Tamu Kaya Ini ingin Memberi Fasilitas Moderen Yakni KASUR Agar Yai Abdul Karim Tidur Dengan Pulas dan Nyenyak .
Yai Abdul Karim Awalnya Menolak akan tetapi Kasihan Sudah Jauh2 Diberi Kasur Dari Kudus maka beliau Menerima tapi Tidak memakainya.
Selang Waktu Berapa jam Setelah tamu kudus Pulang, Datanglah Mertua Beliau Yaitu Seikh Sholeh Dengan Berjalan kedalam Rumah menantunya Dan Bertanya Kepada Sang menantu : Nak Karim, Abah Mau tanya ? Boleh Ya ?
Yai Karim menjawab, Boleh, monggo Abah, Pertanyaan Apa?
Seikh Sholeh melanjutkan Aku Kok lupa Hadist Yang menerangkan TIDURNYA ROSULULLOH SAW ? tolong Carikan Haditsynya yaa naak...
Kontan saja Sang menantu Kaget Pasti mertua beliau melihat KASUR KUDUS tadi Dan memahami Bahwa Mertua beliau itu menasehati dengan halus Tentang Tidur Rosululloh tanpa Permadani sekalipun Waktu itu sudah Banyak alas Indah dari Iraq dan mesir....
Dengan Nada Rendah Sang menantu Menjawab... Injih abah, Mohon Maaf Rosululloh Tidur Beralas Kayu pelepah Kurma sampai terlihat Bekas Kayu nampak di punggung beliau, Dan Sayapun beralas Kayu ikut Rosululloh, Kasur Itu pemberian Dari Orang Kaya dari Kudus dan Nanti akan saya kembalikan Kepada Pemiliknya lagi..
Begitulah KEZUHUDAN SANG MENANTU DAN KEHATI HATIAN SANG MERTUA
Semoga Kita bisa meniru Zuhud Beliau. Aamiiin..

7. Kyai Makhrus Ali Lirboyo.

Beliau wafat Ahad 6 Romadhin 1410H.
Kyai Mahrus adalah murid sekaligus menantu Simbah Kyai Abdul karim.
Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi Dahlan meneruskan tambuk kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan mereka berdua, kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly, bahkan ditangan KH. Mahrus Aly lah, pada tahun 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama IAIT (Institut Agama Islam Tribakti).

KH. Mahrus Aly ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak saat pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.
KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan beliau diangkat menjadi Rois Syuriyah Jawa timur selama hampir 27 Tahun, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota Mustasyar PBNU pada tahun 1985 M.

Di antara guru guru beliau antara lain.
KH. Ali bin Abdul Aziz (Ayahnya) Mbah Abdul Karim Lirboyo (Mertua) Kyai Afifi (Kakak Kandungnya) Kyai Mukhlas (Kakak Iparnya), Kyai Balya, KH Kholil (Kasingan) KH Hasyim As'ary (Tebu Ireng) Kh Nahrowi Dalhar (Watu Congol Magelang) KH Abdul Hadi Zahid, KH Ahmad Marzuqi (mbah Mad) dan KH Abdullah Faqih (Langitan Tuban).

8. Abuya Sayyid Muhammad Bin Alwi Al Maliki Al Hasani.

Beliau wafat hari Jumat 15 Ramadhan 1425H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004M.

Sejak kecil Beliau telah di bimbing oleh Ayahnya yaitu As Sayyid Alwi Al Maliki seorang Ulama yang Wali, sehingga tidak heran pada usia 7th beliau telah dapat menghapal Al Qur'an dan usia 15th sudah Hafal kitab muwaththo' Imam Maliki.
Dan pada saat beliau berumur 25 tahun, beliau meraih gelar doktor ilmu hadits dengan predikat mumtaz (excellent) di bawah bimbingan ulama besar Mesir, Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah.

Di samping pengajian mendirikan pondok Beliau juga membuka pengajian umum di kediamannya.
Santrinya berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun bahkan Beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku.
Setelah beberapa tahun belajar para santri dipulangkan ke negara negara mereka untuk menyiarkan agama bahkan beberapa Santri Beliau di bangunkan Pesantren dengan biaya Beliau sendiri.
Beliau pernah menuturkan tidaklah aku menerima seorang pun untuk belajar kepadaku (secara khusus) di ribath kecuali dengan isyarah. (Yaitu isyarah atau petunjuk dari Rasulullah SAW).

Ketika Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki berkunjung ke Indonesia, mereka (Para Arif Billah) melihat cahaya ilmu serta lautan ilmu yang dalam, keshalehan serta merupakan putra dari ulama besar.
Akhirnya para ulama tersebut (Salah satunya Al Habib Ali Bungur) meminta kepada As Sayyid Muhammad Al Maliki untuk membuka Ribath atau Pesantren di Makkah Al Mukarramah agar mereka bisa menitipkan putra putra mereka untuk dididik ilmu agama serta menghidupkan kembali apa yang sudah terkubur ‘tersimpan’ para masyaikh dan salafus shaleh.

Beliau menerima permintaan dari para ulama tersebut, akan tetapi beliau menyembunyikan sesuatu di hati beliau yaitu beliau tidak akan membina ribath terkecuali ada bisyarah dari datuknya yang mulia Nabi Muhammad SAW, Beliau sering bermunajat jika nanti membina ribtah maka beliau ingin yang menjadi mudir (pengasuh) dan pembinanya adalah Rasulullah saw sendiri dan Sayyidatuna Fathimah Az Zahra.
Beliau juga bermunajat dan memohon agar siapapun yang keluar dari ribath tersebut diberikan keterbukaan dan kemudahan dalam urusan duniawi dan ukhrawi.
Akhirnya do’a beliau dikabulkan oleh Allah swt.

Diceritakan bahwa Asy Syaikh Abdullah As Sudani (dari Sudan) seorang ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi karena termasuk orang orang khusus yang sering bertemu dengan Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga (yaqodhoh) bukan dalam mimpi berkunjung ke Makkah.
Tatakala beliau sedang thawaf mengelilingi Ka’bah tiba tiba beliau melihat Rasulullah Saw datang dari arah Bab Al Malik. Akhirnya beliau bergegas berlari menghampiri Nabi SAW dan mencium tangan Nabi yang mulia tersebut.
Rasulullah berpesan kepada Asy Syaikh Abdullah, “Sampaikan kabar kepada anakKu As Sayyid Muhammad Al Maliki agar dia merealisasikan apa yang disimpan dalam hatinya.

dan Pada detik detik sebelum kewafatan beliau, Putra-putri dan kerabat Beliau berkumpul di sekitar beliau, dan disusul kemudian oleh para murid beliau, pada saat itu beliau bertanya: “apakah bulan sudah gerhana?” maka orang-orang yang bersama beliau memberi tahun tentang adanya gerhana bulan tersebut, maka Beliau pun mengucapkan La Haula Wala Quwwata Illa Billah dan Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un dan beliau berkata: “Akan wafat kholifatullah semoga Allah SWT merahasiakannya”

Dan beliau bercerita tentang tempat-tempat indah di Syurga dan bidadari, serta tentang ayahanda beliau (Al Arif Billah As Sayyid Alawi Al Maliki Al Hasani).
Dan Beliau juga mengingat kejadian perang Badar karena saat itu hampir memasuki tanggal 17 Romadhon yang merupakan tanggal kejadian perang tersebut, dan Beliau sering kali tersenyum bahkan sampai tertawa yang sebelumnya tidak pernah terlihat oleh keluarga dan orang-orang terdekat beliau.

Dan Beliau seorang berdo’a untuk tiga hal yaitu: Ingin meninggal diantara murid murid dan kita kitab beliau, orang yang nantinya akan menjadi imam mensholati beliau di Masjidil Haram agar supaya imam yang cinta kepada beliau, dan bukan orang yang benci atau memusuhi beliau, kemudian beliau meminta agar jenazahnya sebelum dikebumikan di al Ma’la bisa masuk dulu ke dalam makam Sayyidatuna Khadijah Ra

As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani setahun sebelum berpulang ke Rahmatullah setiap malam berziarah ke makam Sayyidah Khodijah Ra. Setelah waktu melewati tengah malam, dan pada akhir Sya’ban sebelum bulan wafatnya, beliau menemui salah satu putranya seraya berkata: “Saya telah diterima”, dan pada malam Jum’at 15 Romadhon 1425 H/30 Oktober 2004 M. Sesuai sholat tarawih, beliau didatangi adik kandung beliau As Sayyid Abbas Alawi Al Maliki Al Hasani yang dikenal sebagai Sayyidul Maddahi Rosulillah Shollahu ‘alaihi Wasallam (Pemimpin Pemuji Rosulullah SAW), beliau minta agar sang adik membacakan serbuah qosidah
Kemudian beliau menyuruh mengulangnya,

dan ketika sampai ketiga kalinya, beliau mendadak menoleh ke pintu seakan akan melihat orang mulia yang akan masuk, kemudian sang adik bertanya: “ada apa?”,
Beliau menjawab: “Lanjutkan tidak ada apa-apa”, dan setelah sang adik pamit pulang.
Pada pagi harinya beliau berpulang ke Rahmatullah dan dimakamkan di pemakaman Al Ma’la dilokasi yang terdekat dengan lokasi makam istri Rosulullah Sayyidah Khodijah binti Khuwailid Ra, dan penguburan beliau disaksikan oleh jutaan muslimin yang berada di Mekkah termasuk para pejabat, ulama’, dan muhibbin yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Mekkah atau dari luar negeri.
Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, semua menyaksikan jenazah beliau setelah disholati di Masjidil Haram setelah sholat isya’.
Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumah kediaman Beliau terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan bela sungkawa dan melakukan ‘aza’.

Setelah tiga hari dari kewafatan beliau, sebagian santri berziarah kepada makam beliau dan setibanya mereka di Pemakaman Al Ma’la datanglah salah satu orang sholeh dari kota Madinah seraya bertanya: “Apakah kalian murid-murid As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki?,
maka santri tersebut menjawab: “Ia”, kemudian orang sholeh tersebut mengatakan: “Rosulullah SAW menitipkan salam untuk kalian dan semua orang yang berguru kepada As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki.

9.
Salam untukmu Ya Auliyah Allah
penegak ketentuan Ar Rahman
Pewaris kitab
Wakil Rasulullah
Yang selalu pergi pulang antara bumi dan langit.
Yang orang orang sezamannya adalah keluarganya
Yang diturunkan pertolongan karena doanya

Wahai Tuanku semoga Salam Allah tetap tercurah padamu,
Kami hamba hamba Allah datang kepadamu,
Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu,
Untuk menolong kami menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan spirit dan pencapaianmu selama ini.
Maka cintailah dan berikanlah kepada kami apa apa yang Allah berikan padamu selama ini.
Jangan biarkan pengharapan ini sia sia,
Jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia nyiakan kami.
Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan kunjungan ini, maka bangkitlah menjadi syafaat buat kami bermohon pada Ar Rahman tuanmu.
Mudah mudahan kita dirangkum dan dibelai dengan limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.
Mudah mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan makin menyelimuti kita.
Mudah-mudahan engkau semakin dihidupkan dengan belaian Allah dan pandangan menggembalakan.
Mudah mudahan rahmat Allah semakin terlimpah pada manusia pilihan agar semakin terlimpah untuk kita dan yang menuntun kami semua.

BISIRRIL FATIHAH.....

0 Response to "Waliyullah dan Ulama yang di wafatkan Allah pada bulan Ramadhan"

Post a Comment