Antara Adab dan Ilmu

Ilmu memang memilki derajat yang tinggi di hadapan Allah, namun adab adalah buah nyata dari ilmu itu. Sikap kritis terhadap pendapat manusia adalah kewajiban setiap orang yang tidak ingin disebut muqollid (taqlid). Namun adab terhadap ilmu dan ahlul ilmi melebihi tingginya kewajiban untuk bersikap kritis tersebut.

Para salafus shalih mengajarkan kepada kita betapa adab adalah tanda dalamnya ilmu dan tingginya wara’ seseorang dan tawadhu’ terhadap ilmu dan adab walaupun itu dimiliki olah orang yang usianya jauh lebih muda darinya.

عَنْ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ مَرَّ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ نِعْمَ الْفَتَى غُضَيْفٌ. فَلَقِيَهُ أَبُو ذَرٍّ فَقَالَ أَىْ أُخَىَّ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ أَنْتَ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنْتَ أَحَقُّ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِى. فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ نِعْمَ الْفَتَى غُضَيْفٌ. وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ضَرَبَ بِالْحَقِّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ ». قَالَ عَفَّانُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ يَقُولُ بِهِ

Dari Ghudhoif bin Al Harits Radhiyallohu ‘Anhu ia bercerita bahwa suatu hari ia lewat di depan Umar Bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu, lalu Umar berkata: “Sebaik-baik anak muda adalah Ghudhoif”. Ghudhoif melanjutkan ceritanya: “Setelah peristiwa itu aku berjumpa dengan Abu Dzar, beliau berkata kepadaku : “Wahai saudaraku mintakan ampun kepada Allah untukku”.

Ghudhoif menjawab : “Engkau shahabat Rasul yang terpandang, engkau lah yang lebih pantas berdo’a dan memintakan ampun kpd Allah buatku”.

Abu Dzar menjawab : “Sungguh aku mendengar Umar berkata : “Sebaik-baik anak muda adalah Ghudhoif”, sedangkan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam : “Sesungguhnya Allah meletakkan kebenaran pada lisan dan hati Umar” (HR. Ahmad dan Imam Hakim dalam Al Mustadrak dan beliau menyatakan hadits ini shahih atas persyaratan Bukhari dan Muslim, Muhtashor Tarikh Dimasyq juz 6 hal 247)

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إنما بعثت لأتمم مكارم لأخلاق

“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

Oleh karena itulah para Ulama Salaf lebih mendahulukan adab dibanding ilmu dan mereka amat sangat menjaga adab Islami dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan mereka. Berikut beberapa nasehat mereka.

Imam Ibnul Mubarak berkata:

تعلمت الأدب ثلاثين سنة، وتعلمت العلم عشرين سنة

“Aku belajar adab selama tiga puluh tahun, dan aku belajar ilmu selama dua puluh tahun.”

Seorang ulama Salaf menasehati anaknya :

يا بنى لأن تتعلم بابا من الأدب أحب إلى من أن تتعلم سبعين بابا من أبواب العلم

“Wahai anakku, aku lebih suka melihatmu mempelajari satu bab tentang adab dibanding mempelajari tujuh puluh bab tentang ilmu.”

Al Mikhlad bin Husain berkata kepada Imam Ibnul Mubarak:

نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من الحديث

“Kita jauh lebih membutuhkan banyaknya adab dibanding banyaknya hadits.”

Imam Syafi’i pernah ditanya seseorang tentang bagaimana besarnya keinginan dan kesungguhan beliau untuk belajar dan memahami adab. Beliau menjawab:

أسمع بالحرف منه مما لم أسمعه فتود أعضائى أن لها أسماعا فتنعم به

“Ketika aku mendengarkan satu huruf saja tentang adab yang belum pernah aku dengar sebelumnya, maka aku rasakan seluruh anggota tubuhku menginginkan untuk mempunyai pendengaran sehingga mereka mendengarnya dan mendapatkan nikmatnya adab.”

Lalu orang itu bertanya lagi: “Lalu bagaimana keinginanmu mempelajari adab itu?”

Beliau –rahimahullah- menjawab:

طلب المرأة المضلة ولدها وليس لها غيره

“Seperti seorang ibu yang sedang mencari anak satu-satunya yang hilang.” Lalu beliau berkata:

ليس العلم بما حفظ العلم ما نفع

“Ilmu bukanlah diukur dengan apa yang telah dihafal oleh seseorang, tetpi diukur dengan apa yang bermanfaat bagi dirinya.”

Diriwayatkan dari Musa bin Nushair, beliau berkata: “Aku mendengar Isa bin Hammad menasehati para pelajar ilmu hadits:

تعلموا الحلم قبل العلم

“Pelajarilah kelembutan hati dan kerandahan jiwa sebelum kalian belajar ilmu.”
Imam Ibnu Wahab berkata:

ما تعلمت من أدب مالك أفضل من علمه

“Aku lebih mengutamakan belajar adab kepada Imam Malik dibanding belajar ilmu darinya.”

Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) berkata:

الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلى من كثير من الفقه لأنها آداب القوم وأخلاقهم

“Kisah-kisah tentang kehidupan para ulama dan duduk dalm majlis mereka lebih aku sukai dari mempelajari banyak ilmu, karena kisah-kisah itu penuh dengan ketinggian adab dan akhlak mereka.”

Imam Ibnul Mubarak menyusun sebuah syair:

أيها الطالب علما ائت حماد بن زيد
فاقتبس علما وحلما ثم قيده بقيد

Wahai para penuntut ilmu, datanglah kepada Imam Hammad bin Zaid
Dan belajarlah ilmu dan kelembutan hati lalu ikatlah dengan pengikat yang kuat.

0 Response to "Antara Adab dan Ilmu"

Post a Comment